Beberapa hari lalu, seorang teman dari komunitas jurnalis Kristen
meminta saya untuk turut dalam perdebatan soal nama Allah. Terus
terang, saya malas. Mengapa? Karena saya sangat mengenal kaum penentang Allah itu, pola pikir mereka hitam putih, main kutip ayat-ayat Alkitab secara harfiah terlepas dari konteks (mirip dengan metode ayat bukti
a la bidat Saksi-saksi Yehuwa), dan kekurangan paling serius mereka,
tidak menguasai filologi bahasa-bahasa semitis, khususnya keserumpunan
bahasa Ibrani, Aram dan Arab.
Karena itu, saya anggap enteng saja gerakan mereka itu. Tetapi
setelah melihat sepak terjang mereka semakin ngawur, hantam kromo, dan
lebih penting lagi agaknya mereka didukung oleh dana yang cukup besar,
saya harus belajar telaten menulis untuk menjelaskan kaum awam dalam
bahasa Arab itu. Tulisan singkat ini, kiranya dapat membatu umat
Kristiani di Indonesia yang "sedang diombangambingkan oleh pengajaran
mereka".
SATU INJIL YESUS DI DALAM EMPAT KESAKSIAN
: Kitab Injil Yesus ditulis dalam empat kesaksian tentang Yesus.
Masing-masing diilhamkan kepada Matius, Markus, Lukas, dan Yahya (Rasul
Yohanes). Di kalangan masyarakat awam, keempat kesaksian tersebut
terlanjur disebut "empat Injil". Tentu saja sebutan tersebut kurang
tepat karena Injil Yesus hanya satu.
Kesaksian-kesaksian Matius, Markus, Lukas dan Yahya ditulis dan
membentuk empat kitab pertama dari Alkitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab
tersebut bukanlah kitab sejarah atau riwayat tentang hidup Yesus.
Namun masing-masing kitab menceritakan kehidupan, pelayanan, pengajaran
dan janji-janji dan karya keselamatan Yesus Al-Masih sewaktu Ia masih
tinggal di bumi. Kesaksian dari empat penulis ini telah ditulis dengan
gaya dan ungkapan yang berbeda.
Isi keempat kitab itu ternyata saling melengkapi, bukan saling
bertentangan. Kesaksian demikian sungguh memperkaya sekaligus
mengabsahkan keaslian Injil, karena terbukti bahwa semua penulis
ibaratnya telah bersaksi tentang "hutan" yang sama, namun .membicarakan
"berbagai pepohonan" menurut apa yang mereka masing-masing saksikan.
Pada suatu hari, kata orang, Stalin bertanya, “Berapa batalion, sih, Vatikan punya?”
Di negeri itu, kita tahu, hanya ada beberapa ratus orang Corpo
della Garda Svizzera yang bertugas sebagai penjaga Paus. Vatikan cuma
44 hektare, lebih sempit dibandingkan dengan The Mall di Washington,
DC; anggaran tahunannya sekitar US$ 500 juta, hanya 25 persen dari
bujet Universitas Harvard. Tapi di sana duduk seorang tua yang ketika pekan lalu wafat dan
dimakamkan, sekitar 200 pembesar tinggi dunia datang untuk berkabung
dan memberi hormat.
Ahmad Deedat diakui sebagai 'kristolog' terkemuka, ternyata 'nggak bisa membedakan antara Injil dengan kitab Kejadian....
Menghadapi berbagai tuduhan bahwa Alkitab memuat kisah seksual, maka
dibawah ini saya quote tuduhan Ahmed Deedat yang sekarang sedang ramai
muncul di berbagai milis dan Forum Diskusi Kristen beserta jawabannya,
untuk bisa dijadikan referensi :
Alkitab dipersalahkan orang-orang tertentu sebagai Kitab yang palsu,
bukan wahyu Allah, korup tidak asli lagi, dan banyak yang diubah-ubah.
Tetapi
baiklah kita berterus terang, bahwa kalau tuduhan itu datanganya dari
orang-orang non-Muslim, kita masih bisa memahaminya. Namun bila mereka
itu Muslim, maka, sulit untuk mencari dasar tuduhannya. Mungkin tuduhan
ini jika datangnya dari kalangan Muslim, maka yang menuduh ini tentulah
kurang memahami ajaran Al-Qur'an, atau terlanjur membutakan hatinya
sendiri. Karena Al-Qur'an justru membenarkan Taurat dan Injil, bukan satu kali saja, tetapi berkali-kali, diantaranya adalah :
Pada kesempatan tanya jawab pada acara ceramah soal ‘Nama Allah’ baru-baru ini, ada peserta yang bertanya: “Bolehkah umat kristen mengucapkan Bismillah? Soalnya, bukankah itu ucapannya orang Arab dan Islam?” (Bismillah dalam bahasa Indonesia adalah ‘Dalam Nama Allah’).
Dalam
hubungan dengan nama ‘Allah’ yang dipersoalkan akhir-akhir ini,
kelompok ‘Asal Bukan Allah,’ selain mereka yang menjadi ‘Pemuja Nama
Yahweh’ (kelompok Nehemia – dr. Suradi ben Abraham), ada juga ‘Pemuja
Nama Yesus’ (kelompok Wisma Gembala – Ir. Posma Situmorang). Apakah
keyakinan kelompok terakhir ini?